Sabtu, 15 April 2017

Saya ingin.....

Saya ingin..
Jatuh hati kepada laki laki yang dengannya saya mengerti bahwa benar ada Cinta hakiki..
Ketika kami saling jatuh hati..
.
.
Saya ingin..
Jatuh hati kepada laki laki yang dengannya saya sadar bahwa bahagia itu sederhana..
Ketika kami ikhlas untuk saling menerima..
.
.
Saya ingin..
Jatuh hati kepada laki laki yang dengannya saya faham tentang rasa yang tak mungkin padam..
Ketika kami saling mencintai sangat dalam..
.
.
Cepat atau lambat kami pasti akan bertemu..
Dipenghujung waktu..
Dan ku katakan itu bukan lagi abu abu..
Tidak lagi ada ragu..
.
.
Cepat atau lambat kita pasti saling bertatap..
Di satu atap..
Merangkai cerita dengan tepat..

😌😌

Saya paham betul menjadi anda,  menyakitkan memang ketika harapan tak sesuai dengan kenyataan. 
Lalu harus bagaimana?  Bukankah cinta sejatinya memang akan datang di waktu yang tepat kepada orang yang tepat..
Sebagai orang yang mengagumi dari kejauhan,  saya hanya bisa mendoakan sebuah kebahagiaan..
Ya,  tentu saja kebahagiaan anda. Itu satu dari sekian banyak cara yang saya lakukan ketika saya mulai menjatuhkan hati kepada anda..
.
.
Saya bukan perempuan baik,  maka dari itu saya selalu doakan anda dapatkan yang terbaik..
Semoga sesuai dengan apa yang anda inginkan..
Lalu bagaimana dengan rasa yang selama ini saya simpan?
Pastinya akan amat terluka. Tapi jika itu yang buat anda bahagia.
Dengan senang hati saya terima

Minggu, 09 April 2017

Pertemuan terjeda waktu

selalu ada jeda untuk pertemuan kita..
lucunya, kita sangat amat menikmati itu semua..
di satu tempat yang sama, namun temu tak datang jua..
itu hal biasa..
kita selalu melewati itu berkali kali..
menikmati kisah ini bagai melodi..
namun ku pastikan rasaku tetap sama..
walaupun semesta belum merestui kita untuk berjumpa..

Serang, 10 April 2017

Yang terdalam

Tadinya aku ingin berdiri..
melanjutkan semuanya sendiri..
tapi ketahuilah,  aku tak mampu berjalan tanpamu..
karena kau yang terdalam..
yang terdalam ku cinta..
pun terdalam menancapkan luka..
bagaimana bisa ku pergi? 
sedangkan hatiku sudah kau curi..
dan kau hancurkan berkali kali...
kini aku hanya bisa melihatmu bahagia dengannya..
tenanglah,  doaku akan selalu ada..
menemani hatimu untuk mencintainya..
Pergilah tanpa ragu,  aku takan mengusikmu..
biarlah perih ini menjadi urusanku..
asal kau bahagia..
itu sudah cukup bagiku..

Serang,  10 April 2017

Bukan, bukan kamu yang jahat

Ya, ini bukan perihal kamu yang jahat..
Tapi aku yang tidak pandai melupakan..
Aku masih saja berharap pada hati yang berkarat..
Kepada hati yang sulit tertebak..
Bodoh?
Tidak,  karena dengan ini kamu tau rasa ku yang terdalam..
Rela sakit asal kau senang..
Rela perih demi sebuah kebahagiaan..
Bukan..
Bukan bahagiaku yang dimaksud..
Tapi bahagiamu dengan nya..

Serang,  10 April 2017

Kamis, 06 April 2017

Entah seperti apa kamu memandangku..
Sebagai wanita baik atau tidak..
Tapi ketahuilah,  aku selalu berusaha menjaga kata..
Agar hati ikut tertata..
Dengan begitu, aku berhasil menahan rasa..
Ini bukan waktu yang tepat untuk sekedar mengungkap..
Cukup doa sebagai rindu yang menyatakan bahwa perasaanku cukup banyak..

Buah gores: A. Asyad Algifari. TB
Jenis tulisan : gado-gado (hanya sekedar tulisan bebas).
BAGIAN III
Sinar senja menembus jendela kamar Nining. Membelai halus pipi tirusnya yang dibasahi bulir bening yang tak berhenti jatuh meski kedasarannya telah hilang.
***
İa menemukan dirinya tersenyum bahagia dihari wisudanya. Bukan wisuda karena gelar sarjana. Namun, karena ia telah menyelesaikan hafalan al-Qur’annya setelah masa masa sulit yang dilaluinya sejak kepergian Fahri ke Damaskus dua tahun silam. Kecepatan dalam menghafalnya bisa dikatakan lebih cepat dibandingkan teman temannya. Setelah memutuskan untuk pergi ke Cipondoh dan menunda rencana kuliahnya, ia memutuskan untuk menghafal Al-quran.
Dengan luka yang tak kunjung sembuh dan selalu mengundang perih, Nining malah semakin menenggelamkan dirinya dalam hafalannya. Semakin merindui membaca kalam-kalamNya, memasukannya dalam kalbunya yang diam diam masih saja menyimpan luka yang masih menganga yang bahkan belum juga mengering.
Ah, lihat saja. Bahkan, dalam kondisi terburuk sekalipun, Fahri adalah alasan terbesarnya untuk terus berubah. Nining rindu masa itu. Nining merindui Fahri dan Nining sadar betul, Fahri berada jauh berjuta kilometer dari tempatnya saat ini. Nining berubah menjadi pendiam. Namun, dia tetap berusaha untuk tumbuh dan terus tumbuh. Karena ia pun meyakini, bahwa Fahri juga pasti melewati masa masa sulit disana. Beradaptasi di negeri orang, menempa diri dan tentu rindunya akan berlipat lipat untuk tanah air Bagaimana tidak, magnet yang sangat dekat dan salik tarik menarik antar kutub harus terpisah sekian jauh. Walau jauh daya magnet itu masih terus menarik satu sama lain. Berpacu dalam rindu, menyapa dalam do’a.
Nining ingat betul kata terakhir di surat Fahri.
Jarak bukanlah sebagai pemisah.
Hanya sebagai jeda, agar kita saling memperbaiki diri.
Supaya kelak kau pantas untukku dan aku pantas untukmu
Maka, ia terus berusaha memantaskan diri. İa perlahan merangkak menggapai mimpi mimpi besarnya. Meski harus tertatih tatih, Nining tetap berjalan lurus kedepan. Fokus pada mimpinya. İa bukan lagi anak manja cerewet dan cengeng seperti yang Fahri kenal dulu. İa berubah menjadi anak yang pendiam dan menutup pintu hatinya rapat-rapat untuk siapapun yang datang. Namun, sifat egoisnya masih timbul dalam diri Nining. İa tak mau membukakan pintu itu untuk siapapun yang datang, biarlah mereka semua hanya sekedar lewat tapi jangan menetap. Karena ia hanya menanti pangeran dari Damaskus itu pulang.
Setelah dua tahun berlalu, kini datanglah saat wisuda itu. Dia tersenyum manis dengan make up tipis sehingga menambah kecantikan di wajahnya. Didepan guru guru, kedua orang tua dan teman temannya ia mulai membacakan seperempat juz setoran terakhirnya dilanjutkan membaca surat Ad-dhuha hingga An-Naas tanpa salah sedikitpun. İa membaca dengan pelan, tartil dan khusyu'. Suasana haru tak bisa dibendung lagi ditambah dengan suara Nining yang hampir hampir hilang karena ia telah menangis sejak ayat pertamanya dibacakan. Mata yang menyembunyikan luka itu terpejam dengan mulut yang terus melantunkan kalam dari-Nya. Hening beberapa saat setelah Nining usai di ayat terakhirnya. Semua larut dalam suasana haru dari gadis itu.
Mata kecil itu perlahan terbuka, bibir tipisnya melengkungkan senyuman. Kemudian ia melakukan sujud syukur. Mensyukuri segala nikmat yang tak pernah terhitung banyaknya yang diberikan oleh Tuhannya. Mensyukuri atas kelapangan hati yang diberikan oleh Tuhannya dalam mentadabburi Al-quran. Mensyukuri akan nikmat Al-quran yang dititipkan padanya. İa berjanji akan menjaga kalam-kalamNya. İa sadar betul, perjuangan malah baru akan dimulai. Penjagaan Al-quran dimulai saat ini. İa harus terus menjaga hafalannya. İa bawa Al-quran sampai mati dan semoga Al-quran jadi syafaat di akhirat nanti.
Saat pemberian syahadah telah usai, kedua orangtuanya memeluknya erat erat. merangkul dengan hangat serta tak henti terus mengucapkan terimakasih pada putri sulungnya itu. Hati Nining dipenuhi bunga kebahagaian. Janji Allah adalah benar. Dan Nining yakin, ia pasti akan memakaikan jubah kemuliaan serta mahkota dari cahaya untuk kedua orang tuanya kelak.
Dari ujung pintu, ada sesosok lelaki berdiri tegak melempar senyum.
Nining terbelalak.
İa mempercepat langkahnya. İa hapus air matanya. Langkahnya ia perlebar saat meniti tangga satu persatu. Jubah panjangnya ia angkat sedikit saat di tangga terakhir. Nafasnya memburu. De Javu. İa seperti pernah mengalami masa ini. Saat setelah wisuda SMA dan fahri memanggilnya untuk memberikan surat itu.
"Fah.. ri?" ucapnya lirih
Lelaki itu membalikkan badannya. Wajahnya tak berubah sedikitpun. Tetap menenangkan. dan selalu bisa membuatnya merasa aman. Hanya garis garis diwajahnya terlihat lebih tegas. İa bertambah dewasa pun bertambah tinggi.
"Bagaimana dengan mimpi mimpimu, anak keciiil?" tanyanya dengan nada sedikit mengejek
Nining menunduk. Dan ia hanya menggerutu akan sikap yang tetap saja menyebalkan dari Fahri.
"Aku masih mengejarnya. Sendiri."
"Bagaimana kalau berdua?"
"Maksudnya?"
"Apakah kamu mau, menemaniku berjuang disana? Kemudian kita menggapai mimpi mimpi kita bersama."
Hening.
Hati Nining berdegup lima kali lebih cepat dari sebelumnya.
"kamu bercanda lagi?" tanya Nining sinis
"İni serius ning-nong. İni proyek seumur hidup. Dunia akhirat loh. hehehe"
Nining memejamkan matanya menambil nafas dalam-dalam kemudian kembali menatap lelaki yang masih berdiri di depannya.
Matanya berembun dan ia mengangguk.
***
Ini bukan hanya sekedar hiburan atau sirkus dalam hidup semata. Rasanya kata kata Fahri tadi semerbak wangi terbukanya pintu surga. Entah bagaimana semua ini digambarkan, angan serasa sungkan untuk terus meraba bagaimana rasanya.
Bagaimana semua yang selama ini hanya menjadi film dalam fikirannya kini akan menjadi kenyataan. Hidup bersama dalam pengabdian terhadap tuhan dan dunia. Bersama saling menuntun kedalam surga.
“Dug dug dug… Allahu akbar, Allahu akbar”
Kemandang lantunan nida’ Ilahi telah berdendang, berdayu-dayu merambat masuk kedalam telinga nining, hingga memnarik ruhnya kembali pada jasad. Nining terbangun dari tidurnya. Mata bundarnya kini tak beda dengan mata panda. Nining mengucek matanya, hatinya merasakan sebuah kebahagiaan dalam tidurnya. Sejenak ia termenung, mengingat kembali apayang sebenarnya ia alami.
“kenapa tiba tiba hati ini terasa manis bahagia ? apa yang terjadi dalam tidurku ?”
Ia terus merefresh otaknya, lagi dan lagi. Berusaha menemukan apa mimpinya tadi. Tiba-tiba … kepala Nining terasa pusing dan melintaslah sebuah drama suka nan indah yang ia lihat dalam mimpinya. Tak lama kemudian ia sadar, bahwa kesengan yang ia rasa adalah atsar dari buah tidurnya.
“Ternyata semua itu cuma mimpi… huftt… ” (nining menghela nafas sedalam-dalamnya)
Alhamdulillah. Biar bagaimana pun ini adalah nikmat.
Nining beranjak dari tempatnya kemudian membasahi wajah, ia berwudu. Butiran air wudu mengalir halus tanpa beban dengan kawalan malaikat-malaikat rahmat. Tetesan itu menggambarkan hatinya yang kini mulai bisa tabah kembali mengalir menghadapi hidup, walau sempat terhadang batu besar di depannya, kini air itu kembali mengalir deras. Nining pun melaksanakan sholat magrib berjama’ah dii masjid.
***
Seusai sholat dan muroja’ah sedikit hafalanya, ia berniat untuk menulis sebuah balasan untuk surat Fahri.
“Tapi, gimana ngirimnya yah…? Dari mana aku tau alamat Fahri ? ”
Dia mengabaikan kata katanya tadi. Akhirnya ia menulis sebuah surat untuk sedikit menampar Fahri atas kelancangannya yang tak terlebih dahulu mengabarinya akan hijrahnya.
Bersambung…
Bagaimana isi surat Nining? Dan bagaimana cara nining menyampaikan suratnya ?
Tunggu lanjutannya yah …wkwkwkw
Terimakasih sudah membaca. Semoga manfaat dan berkah.

Kunir, 03 April 2017

Ahmad Asyad Algifari, TB (AL)

Selasa, 04 April 2017

Oleh " A. asyad Al-Ghifari
BAGIAN 2
Nining mematung beberapa detik. Tangannya gemetar. Surat yang diberikan oleh pria itu, perlahan jatuh diatas sajadah panjang yang masih didudukinya. Lembayung senja di waktu ashar tak lagi indah. Mendung gelap pekat tak hanya mengundang embun namun mendatangkan hujan yang lebat. Bukan di langit. Namun, di mata cantiknya. Di hati lembutnya. İa akan kehilangan penyemangat hidupnya. Seseorang yang selalu bisa membuat dirinya menjadi lebih baik lagi. Seseorang yang karenanya, ia bisa mendapatkan nilai tertinggi. Bukan karena dia memberikan pelajaran intensif kepadanya. Jauh dari itu, hanya karena kehadiran sosoknya yang selalu ada. Karena dimata Nining, ia lebih dari sekedar embun di pucuk daun yang menyejukkan ataupun kunang-kunang penuntun jalan pulang.
Fahri yang sengaja membuat surat itu dengan beberapa bumbu canda tawa yang bertujuan untuk menghibur Nining dan membendung tangisnya, nampaknya apa yang ia harapkan jauh meleceng dari realita yang ada. Bumbu candatawa belum bisa mengalahkan asinnya garam kesedihan di hati Nining. Ia luluhlantah, porak poranda, hatinya telah terbombardir, hatinya kini banjir dengan laut luka. Bibirnya perlahan mulai bergetar, tak kuasa menahan jeritan tangis di hatinya. Kali ini ia hanya bisa menahan raungannya dengan merapatkan erat kedua bibir. Tangan tak kuasa bergerak untuk menutup erangan yang mungkin bisa menggema dari bibir Nining. Erangan hati sang putrid yang bisa menjadi teriakan yang akan mengherankan se-isi rumah. Untungnya bibirnya masih sanggup menahan erangan itu.
Nining kembali menyungkurkan wajahnya pada Tuhannya. Karena ia tahu, bahwa ia sekedar hamba. İa tak memiliki daya kecuali dari-Nya. Setelah sekian lama wajah cantiknya diliputi kebahagiaan, Nining seperti jatuh di dasar laut yang dalam. İa tak bisa memandang apapun lagi. Bulir bulir bening terus mengalir dari kedua matanya. İa masih terpejam dalam sujud. Tenggelam dalam doa doa yang tak bisa terucap oleh kedua bibirnya. Hatinya seperti tak lagi utuh. İa hanya menangis dan menangis. Di genggam surat itu kuat-kuat di pandanginya tulisan yang rapi dari tangan lelaki itu. İa baca berulang-ulang dan memastikan bahwa itu semua bukan mimpi. İa tak peduli dengan pengakuan Fahri yang memiliki rasa yang sama dengan dirinya. İa tak peduli lagi itu. Karena ia hanya peduli dengan jarak yang akan, bahkan telah memisahkan mereka saat ini. Air matanya menetes kembali, jatuh tepat di surat itu dan membuat beberapa tulisan di surat itu menjadi kabur. Lagi-lagi, ia tak peduli dengan tulisan yang kabur itu. İa hanya bertanya-tanya, mengapa fahri tidak memberitahukan berita hijrahnya kepadanya. Nining fikir, fahri telah benar-benar mempercayainya. Mereka telah bersahabat sejak kelas satu SMA. banyak hal yang mereka lalui bersama. Banyak cerita yang mereka ciptakan. Mereka saling menukarkan cerita masa lalu mereka. Mereka sering makan dikantin bersama, ke perpustakaan bersama bahkan jika liburan tiba mereka bermain bersama di pantai atau di tempat yang menurut mereka indah.
Dengan kaki yang masih bergetar, Nining berusaha untuk berdiri. Hatinya sangat ingin berlari untuk menemui fahri yang entah sekarang telah berada di bandara atau masih menetap dirumah. İa ingin melayangkan tinju di punggungnya dan berbagi air mata dengannya karena ia telah tega kepada Nining. Jauh dari itu, fahri masih meninggalkan beribu kenangan disini. Meskipun handphone nya tergeletak di sampingnya, ia enggan untuk menghubungi fahri. Perasaannya sedang tak karuan dan ia ingin menyediri untuk beberapa waktu. Tanpa fahri, senja di waktu ashar, handphone maupun segala kenangan tentang mereka(?). Ya, tanpa semua itu.
Apalah daya, Nining tak mampu walau hanya berjalan satu langkah, beku tubuhnya terbawa akan rasa sakit yang tertancap dalam hatinya, ia terpaku. Niningpun tersungkur bersujud diatas sajadah merahnya, diam beberapa saat. Hingga akhirnya keluar beberpa kata dari bibir tipisnya. Dengan terbata-bata lirih ia berkata “Ya Allah, kenpa harus ada rasa seperti ini. Manis rasa bak madu hutan rimba sejak awal kami bersua, berubah menjadi pahit gula yang manis di angan namun sakit kala dikenang. Ya Allah, kenapa takdir-Mu begitu berat.”
Tertatih lirih Nining menyebut nama Fahri dalam sujud gundahnya sambil tersendat rasa sedih “Fa.. Fah.. Fahriii… aku mencintaimu, dan masih akan terus ingin ada bersamamu selama raga belum berpisah dengan ruhnya. Mungkin hingga maut menyapa mengajakku kepangkuan surga Tuhan semesta”  sadarpun lenyap dari jasadnya.
Sedih yang kian mendera membuat Nining terlelap dalam tidurnya. Walau sejenak, dalam tidurnya Nining mengalami hal yang luar biasa. Entah ini adalah gambaran masa depan, ataukah hanya buah tidur semata.
Allah memang tak pernah Bohong akan janjinya. Di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Ini adalah salah stu petikan dalam surat yang sering Nining baca (surat al-Insyiroh / Alamnasyroh) seusai mengerjakan sholat lima waktu. Keberkahan surat ini, membawakan kasih sayang Allah kepada Nining. Lewat mimpi Allah memberikan setetes penawar duka agar Nining terhibur dan lebih tegar dalam menghadapi pertunjukkan hidupnya yang penuh klimaks, dan tak kunjung menemukan solusi. Masalah seakan bertubi tanpa henti.
Dalam senyapnya pejaman mata, Nining bermimpi yang entah kenapa mimpi itu terasa nyata dan benar-benar seperti nyata. Kembali lagi, apakah ini sebuah gambaran masa depan atau hanya sebuah angan dan buah tidur semata.
***

***-(Dalam Mimpi)-***
Bersambung ….

Senin, 03 April 2017

Belum berjudul

Oleh : A. asyad Al-Ghifari


Tangga kehidupan kadang memaksa kita untuk naik, menyisakan dilema yang tak jua sirna. Itulah penyakit yang diderita para siswa siswi yang sudah memasuki tahun ajaran akhir di kelas tiga SMA sederajat. “fahri, kamu mau lanjut kemana ?” Tanya nining dengan hias pelangi di bibirnya. “ga tau ning, aku bingung. Pingin hijrah ah. Terus-terusan di kampung halaman terlalu mainstream, hihi”. Nining menatap fahri dengan tatapan kosong. Dia mulai terbawa dalam alam khayal. Terbesit sebuah film pendek dalam fikirannya akan cinta yang selama ini dia pendam terhadap fahri yang dia kagumi, akan kah hilang begitu saja tersapu ombak hijrah fahri. Akan kan cintanya hanya akan menjadi abu dalam panasnya hijrah fahri. Nining termenung, diam seribu kata, beku sejuta sukma.
“Ning, ning, heh… ning, woy… yah ni anak”. “eh .. iya Ri maaf. Kenapa ?” jawab Nining gelagapan. “ko malah Tanya aku kenpa, kamu itu lo yang kenapa ? dateng bawa senyum. Diajak ngobrol malah bengong” Nining hanya tertawa kecil seraya batin berkata “aku Cuma takut jauh dari kamu. Bukan jauh fisik ku yang ku takuti, tapi jauhnya hatimu yang mungkin terbawa jauhnya jasadmu ketika kamu benar-benar memutuskan akan hijrah nanti”. Nining pun bersuara untuk mencairkan suasana“mungkin aku butuh air aqua Ri, biar ga galfok”. “ah kamu. Kalo haus ya bilang. Yaudah kuy kantin! Hari ini biar aku yang bayar. Meski sempat menolak, diam ditempat Nining akhirnya mau makan siang bersama Fahri sebab jailnya Fahri menarik tas Nining untuk memaksanya ikut. Di sisi lain dia juga tak mampu membendung sukmanya yang selalu ingin bersama fahri. Terlebih ini mungkin adalah masa-masa akhir ia bisa terus bersama fahri karna setelah lulus SMA Nining harus nyantri di Cipondoh. Sedang Fahri akan hijrah entah kemana. Hati Nining kacau tak karuan. Berbagai rasa bercampur sendu menjadi satu.
-*(SETELAH WISUDA)*-
Gemerlap acara perpisahan yang diisi dengan huru-hara, canda tawa dan akhirnya berakhir dengan tangis haru bercampur sendu. Bingung antara senang dan rasa takut akan tak kuatnya menahan rindu dialami oleh hampir seluruh siswa siswi SMA Biruan. Pada akhir acara mereka saling bertukar tangis dan senyum. Berpeluk kasih dalam kemenangan atas perjuangan mereka bergelut dengan bangku SMA dalam jangka waktu tiga tahun.
Di tengah suasan hiruk pikuknya perpisahan, banjirnya hujan pujian dari teman-teman nining kepadanya, karna ia menjadi lulusan terbaik dengan nilai tertinggi, kala itu “tinuning…”
 Ning, kamu di mana ? aku mau ketemu kamu sebentar,  bisa gak ? tapi kalo kamu repot ya… ya… ga apa-apa sih. Kalo bisa aku tunggu kamu di lantai 3 samping tangga dekat lab bahasa
Ternyta sebua SMS dari Fahri. Dalam hati nining
Fahri… dia mau ngapain. Apa jangan-jangan dia mau kasih hadiah. Dulu kan dia pernah bilang kalo aku bisa jadi lulusan terbaik, dia mau kasih hadia ke aku. Yeay.. harus fast nih.
Nining meluncur dengan hati positif dan berbungan jua. Sesekali ia mengusap mata menghilangka sisa harunya bersama teman-temanya. Lambat melangkah di penghujung tangga lantai tiga, tegak sosok pria sedang berpangku wajah dengan kedua tangannya, di pinggir tembok setinggi dada. Pria itu selalu menjadi buah tidurnya, menghiasi  hatinya, bumbu penyedap dalam kesehariannya, juga selalu menjadi bagian dari doa-doanya.
 “fahri, kamu kenapa panggil aku kesini” Nining sedikit tersenda-senda akibat ngebut berjalan menuju lantai 3 ini. Fahri memutar badan menghadap Nining seraya melempar senyum tipis di bibirnya yang diapit denga elok lesung pipit dan gigi gingsulnya.
“loh Nining. Cepet banget. Kamu pasti abis dari ruang wisuda kan?”.
“iya. Aku lari. Hihi. Makanya aku sedikit ngos-ngosan (menggeh-menggeh)”
“dududuh… santai aja kali ning. Oh iya aku punya sesuatu buat kamu (dengan nada ceria). (mengambil sesuatu dalam kantung bajunya) tadaaaaaa. Ini hadiah yang aku janjikan buat kamu sejak kelas satu dulu. Sejak awal kita berteman baik.” Fahri menjulurkan tangannya dengan senyum palsu di bibirnya
“apaan nih Ri, ko cuma amplop. Emangnya aku karyawan yang lagi gajian apa, ko dikasih amplop segala.” Nining berinisiatif untuk membukanya. Ia langsung memedang pucuk kanan atas surat amplop tersebut dengan tangan kirinya.
“eittt tzzzz tzzz… jangan dibuka dulu. Itu.. bukanya besok jam 4 sore tepat setelah kamu sholat asar oke”
Nining menatap sinis Fahri.
“ iiihh, kamu… ko gitu sih. Kenapa ga sekarang aja coba”
“udahlah anak keciilll… ikutin apa kataku yah (mengusap dengan halus kepala Nining yang dibalut kerudung merah hati) yaudah aku pamit pulang. Mau antar ibu ke rumah sakit, soalnya kakaknya ibu ada yang barusan dirawat”
“yah yah… ko malah pergi. Kamu ga ikut seru-seruan. Inikan terakhir kali kita bisa seru-seruan bareng temen-temen”
Tanpa sepatah kata Fahri meninggalkan Nining. Tak terasa matanya tiba-tiba tak kuasa membendung air matanya yang akhirnya jatuh seiring dengan jalannya fahri meninggalkan nining di lantai 3.
-()-
Keesokan harinya selepas melaksanakan sholat asar Nining mengambil amplop yang diberikan fahri padanya tanpa ia harus beranjak dari tempat sholatnya.
Si fahri apa-apaan sih. Masa yang lain kasih ucapan selamat, kasih kado, dia malah kasih kertas ginian. Gaso sweet banget. Hihi. Emang aku siapanya dia yah ko pingin dia so sweet gitu. Duh… khayalanku terlalu jauh. Langsung buka deh. Udah terlalu penasaran.
Perlahan tapi pasti Nining membuka amplop itu

Assalamualaikum
Buat kamu Nining …ning nong ning … hehe
Anak kecil yang muaaannnjaaa, ngambekan, jail, imut dan smart banget. Jangan ketwa lo yah pas baca surat ini. Oh iya… pertama aku mau ucapin selamat atas keberhasilanmu jadi lulusan terbaik. Maaf ga ngucapin secara langsung. Soalnya terlalu mainstream. Hihihi.. kamu kan tau sendiri aku itu ga suka sama yang lumrah-lumrah. Terus yang kedua aku mau ucapin terimakasih atas persahbatan kita selama ini. Aku ga nyangka bakal punya sahanat cewe. Apalagi yang pinter kaya kamu. Yaa.. walaupun awalnya aku tetep alergi sam cewe tapi lama-lama kamu ngajarin ke aku, bahwa cewe bukanlah makhluk yang menakutkan. Hihihi makasih yah.
Emmm terus apa lagi yah ? aku bingung mau mulai dari mana. Emmm… to the point aja deh.
Buat kamu anak jelek yang lagi baca surat ini. Ciyeee yang jelek… ciyee. Hahaha. Huft,,, aku Cuma mau kamu tau beberapa hal tentang  aku.
Kamu tau ga…? Selama kita sahabatan,sebenernya aku suka sama kamu. Bukan hanya sebatas sahabat. Tapi maaf selama ini aku ga berani. Eh… bukan ga berani sih, cuma aku ga pingin ngusik hidupmu lebih dalam. Soalnya aku tau, aku jadi sahabatmu itu udah termasuk ngerepoti kamu banget, wkwkwk… apalagi kalo pas akhir bulan, kamu sering teraktir aku. Yag awalnya karn aku ga ada uang. Tapi entah kenapa ko itu jadi rutinitas buat kamu. Hihi… maaf yah. Loh .. ko jadi bahas teraktiran akhir bulan.
Maaf lagi sebenernya aku pingin so sweet tapi ga bisa. Hehehe… ya beginilah fahri. Di balik sikap ku yang adem abis aku sebenernya ya gini nih. Liat aja paragraph yang di atas (waduh udah kaya soal bahasa indonaesi. Perhatikan paragraph di atas. hehehe). Padahal intinya ngungkapin perasaan dan biasanya orang-orang itu kalo ngungkapin perasaan itu sweet banget kan… tapi kalo aku ??? hahah.. . udahlah bodo amat yang penting ngungkapin. Daripada dipendem terus nanti malah jamuran. Kan jadi ga enak kalo hatinya jamuran. Hehe…
Dan yang terakhir… oh iya . ini jangan kamu komentarin tentang kaidah bahas indonesianya loh. Soalnya tulisan ini pasti ancur. Bukan Cuma tulisannya tapi juga susuna bahasanya. Hihi
Aku mau kasih tau kamu. Sore ini juga saat kamu mulai baca surat ini. Maka saat itu pula raga kita berpisah dalam jangka waktu yang mungkin lama. Aku hijrah ning. Aku merantau keluar negri. Tapi kamu tenang aja, aku merantau bukan untuk jadi TKI ko. Hehe…
Aku sekarang udah di bandara dan akan berangkat ke Damaskus untuk lanjut study disana. Sejak aku bilang mau hijarah sama kamu, sebenernya saat itu aku barusan di terima tes beasiswa di Damaskus.
Aku sengaja ga kabarin kamu. Karna di sisi lain aku juga tau kalau kamu juga suka aku. Kita terjebak dalam jurang yang sama, tapi kita tidak pernah mengenal siapa kita. Kita juga tak pernah mencoba untuk berani mendaki jurang itu.
Karna kalo aku kabarin kamu pasti rasanya hatimu sakit banget ga karuan. Aku tau ketika aku bilang “mungkin aku hijrah” hati kamu udah remuk ga karuan kan ??? hayooo ngaku hehe…
Hihi … di akuin atau engga, sebernya saat aku berani melangkahkan untuk iku tes ke Damaskus, aku tuh kaya ambil perahu pingin nyebrangin laut, tapi di tengah laut aku tenggelamin perahuku sendiri bersamaku.
Intinya, aku pesen sama kamu… kamu harus jadi cewe yang kuat. Jadi yang dewasa. Tapi jangan buang sifat keanak kecilanmu yah. Soalnya itu salah satu sifatmu yang bikin aku pingin nyayangin kamu terus.
Udah jangan nangis baca … surat ini ga sedih kan. Soalnya ga ada yg romantic dan aku juga bukan penulis atau pujangga yang bisa memasukkan segala rasa dalam tulisannya.
Aku Cuma Fahri. Cowo aneh yang kamu kenal. Udah yah nanti kalo kepanjangan kasian kamu bacanya. Soalnya tulisanku juga kan kaya aceh pasca tersapu sunami. Hihihi
Oh iyah… aku pernah baca di instagram ad kata-kata gini:
Jarak bukanlah sebagai pemisah.
Hanya sebagai jeda, agar kita saling memperbaiki diri.
Supaya kelak kau pantas untukku dan aku pantas untukmu

Sekian dulu yah ning. Aku harap kamu selalu dalam rahmat ALLAH
Salam cinta salam rindu, dari ku …
Pada mu …
Wassalamualaikum

Bagaimana bisa aku percaya?
Kau tinggalkan aku tanpa kata?
Entah bagian mana yang paling kau suka..
Hingga kau tega tertawa..
Disaat hatiku mulai kau buat belah..
Kau tau aku sulit berdiri..
Untuk menata hati kembali..
Karna hatiku telah hancur dan tak terbentuk lagi..
Terimakasihh

Terimakasih tuan :)

Saya baru mengerti..
Bahwa perasaan sebesar apapun akan menghilang ketika menemukan pengganti..
Sadarkah kamu sudah membawa semua pergi..
Termasuk hati..
Lalu saya ditinggal sendiri..
Bersama luka yang tak kunjung terobati..
Tuan..
Saya akui kehebatanmu..
Kehebatan dalam mematahkan mimpiku dulu..
Meremukkan harapan hingga tak berpadu..
Tuan..
Kini saya tau,  bahagiamu tlah ditemu..
Tiada kata buruk yang ingin saya sampaikan..
Selain doa bahagia yang selalu saya panjatkan..
Semoga benar dia yang kau impikan..
Perihal rasa sakitku,  biarlah.. Nanti akan tersadarkan..

Memahami oranglain bukan berarti menyakiti dirimu sendiri (uraian berdasarkan buku "Filosopi Teras")

Mungkinkah kita mampu bertahan dengan rasa sakit yang terdalam? Kunci bahagia bagi Stoa adalah manakala kita terhindar dari nafsu-nasfu yan...