Minggu, 16 Maret 2014

bayangan Semu

jam kukuk di ruang tengah baru saja selesai berteriak 6 kali. Dan tiba-tiba ada seseorang di balik pintu kamarku memanggil namaku dengan suara yang tak asing lagi menurutku.
Ketika pintu terbuka, dan benar saja ternyata orang di balik pintu adalah dafa, Oh ya dafa adalah sahabat terbaikku, kita memang sudah lama bersama hampir 10 tahun lamanya. Awalnya orang tua dafa membeli rumah di sebelah rumahku jadi hal yang membuat kita setiap hari bertemu dan akhirnya bersahabat adalah karena kita bertetangga..
“aduh Jennar Friska Mukti, loe belom siap juga berangkat ke sekolah?” ucap dafa dengan nada kesal “iya.. ini juga gue lagi rapihin buku”
“terus.. dari tadi ngapain?” tanyanya lagi “udah deh bawel banget, yoo kita caww” jawabku sambil menarik tangan dafa keluar kamar dan turun ke lantai bawah.. “mah, aku berangkat” ucapku berteriak
Seperti biasa, kita selalu pergi ke sekolah menggunakan sepeda kesayangan dafa, melewati kebun teh dan sebagainya membuat pagi kita seakan manis. Sesampainya di sekolah, aku terpaku pada seseorang yang sedang terduduk di taman sekolah sambil membaca bukunya. “Sangat memukau” kataku. Tinggi menjulang, kulit yang putih melengkapi ketampanannya.
“Daf, loe tau ga itu siapa?” tanyaku sambil menunjuk pria itu“oh, itu mah si fadil dia anak XII IPA 6, kenapa emang?”
“ganteng yah daf?”  “gatengan juga gue” ucap dafa dan kemudian pergi..
Tak berbeda dengan wanita-wanita lainnya, aku yang pada saat itu menyukai kakak kelasku berusaha maksimal mendapatkan nomer handphonennya. Dari mencoba membujuk dafa untuk meminta langsung padanya, karena kebetulan dafa satu organisasi dengan ka fadil ckck..
Singkat cerita, aku mendapatkan apa yang ku inginkan(nomer handhone fadil), sejak itulah aku dengannya dekat, bahkan jauh lebih dekat ketimbang dengan dafa. Aku lebih banyak menghabiiskan waktu luangku dengan fadil. Tapi tak ada sekalipun niat untuk melupakan dafa. Ya mungkin itulah gilanya orang jatuh cinta.
3 bulan berlalu, akhirnya fadil menyatakan perasaannya yang akhirnya membuat kita berpacaran.
“Daf gue pacaran” ucapku di telfon “serius? Sama siapa?”
“ka fadil dongg.. besok gue cerita kalo gue sempet.. ok bos” jawabku dan menutup telfon
            Aku sadar aku berubah, bukan menjadi Jennar yang dulu yang kemana, dimana selalu dengan dafa.. kini dafa di gantikan dengan sosok fadil.
6 bulan hubunganku berjalan dengan baik bersama fadil, tapi entah apa dan kenapa alasannya ia memutuskan tanpa rasa bersalah. “loe bisa bayangin kan daf? Gue baru bisa jatuh cinta sama fadil tapi tiba-tiba dia putusin tanpa alasan bahkan kemarin gue liat dia jalan sama farin” ucapku “gue bisa bayangin kok. Makanya..” “terus gue juga sakit hati tau daf waktu fadil seakan jauhin kita berdua” ucapku lagi yang memotong kalimat dafa “yaudah loe tidur deh.. udah malem..”
            Seminggu waktu berjalan dengan baik, aku pun sudah bisa melupakan fadil, berkat dafa juga. Kita pun langsung mengulangi kebiasaan-kebiasaan kita yang tertunda 6 bulan lamanya. Kita selalu bersama seperti dulu.
“daf, gue mulai bisa move on loh sama cowok lain” ucapku sambil makan mie ayam yang ku beli di kantin sekolah “sama siapa?” tanya dafa “dika daf”
“maksud loe? Dika temen kelas kita?” (jawabku hanya mengangguk). “mau kemana daf?” tanyaku “udah kenyang” jawabnya Dan dafa pergi meninggalkanku sendiri di kantin.
Pendekatan yang sangat amat cepat, bagiku karena dika juga membalas perasaanku “suka dari dulu” ucapnya padaku. Hal itu langsung ku ceritakan pada dafa dan dafa berkata “gue ikut bahagia”. Dan sama hal dengan sebelumnya, aku mulai lagi melupakann dafa. Selama satu tahun berhubungan dengan dika aku tak pernah peduli dengan dafa. Hingga akhirnya aku pun tersakiti kembali oleh dika. Dia memutuskanku, alasannya karena aku kurang menarik dari mantan-mantannya yang lalu. Aku pun kembali bercerita pada dafa, dafa hanya tertawa dan berkata bahwa ada sebuah bayangan semu yang tak pernahku anggap, tapi suatu saat akan terlihat karena ketulusannya, aku memang tak mengerti tapi dafa tak ingin menjelaskannya.
selama 5 bulan lamanya aku jarang sekali melihat dafa, selalu ku tanyakan dan sibuk sebagai alasannya.
            Hingga akhirnya sore itu. Sore yang sangat amat menyayat hatiku.  Merubah hidupku yang ceria menjadi hidup yang amat tak bermakna.  
Sepulang sekolah ku lihat bendera kuning berkibar di depan rumah dafa.  Hatiku hancur tapi masih belum terbayangkan siapa yang pergi meninggalkan kehidupan. Dengan hati bertanya tanya ku masuki ruang tamu yang sudah penuh ibu ibu mengaji surah yasin. Ku lihat tante via menangis sangat sedih.  Akupun duduk mendekatinya.  "Tante siapa yang meninggal? Dafa kemana?" ucapku panik.  "Jen,  kamu juga harus sabar ya.  Dafa udah tenang" 
Tanpa kata tangisku pecah,  hatiku hancur membelah dengan sendirinya.  Bagaimana bisa?  Kataku selalu. Ku peluk jenazah yang ada dihadapanku itu sambil memastikan bahwa itu bukan dafa tapi apalah dayaku.  Kenyataan begitu menyakitkan. 
Selesai pemakan,  Ibunya dafa memberiku surat yang bertulis “hay jen, aku Cuma mau bilang kamu udahin air mata kamu untuk orang yang ga pernah hargain itu. Aku adalah bayangan semu itu Jen.. aku berusaha tertawa ketika kamu bercerita tentang pria yang kamu cintai. Tanpa kamu sadari cerita kamu nusuk jantungku bahkan sangat dalam. Ketika kamu baca surat ini aku emang udah ga ada, sekitar 2 tahun yang lalu aku memang sudah mengidap kanker otak, aku ga bisa cerita ke kamu karena aku ga mau kamu sedih dan aku ga mau bilang kalo aku suka kamu karena aku mau kamu bahagia bukan karena aku. Aku ga sanggup kalo harus lihat kamu nangis ketika kita udah pacaran dan umur aku ga panjang, kamu harus janji untuk tersenyum tanpa aku jen, karena kamu harus tahu kalo aku jagain kamu dari surga
            Aku tersadar, bahwa aku tak pernah mensyukuri kehidupanku dan terus berusaha mencari seseorang yang sempurna tanpa menganggap pria itu, pria yang menjagaku, mencintaiku dgn ketulusan. Tapi, sayangnya pria itu adalah sebuah bayangan semu yang tak pernah ku anggap. Penyesalan memang datang pada akhir waktu. tapi kenangan dan cinta terlambat ini akan ku simpan dengan baik sampai tuhan pertemukanku dengannya di Surga 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memahami oranglain bukan berarti menyakiti dirimu sendiri (uraian berdasarkan buku "Filosopi Teras")

Mungkinkah kita mampu bertahan dengan rasa sakit yang terdalam? Kunci bahagia bagi Stoa adalah manakala kita terhindar dari nafsu-nasfu yan...