▼
Jumat, 16 November 2018
belum berjudul-berEpisode
Tentang hatinya yang tak sekuat baja,
Tentang juang yang tak terkira,
Tentang ia yang tahu sakitnya di kecewakan namun tetap memilih bertahan.
Juga tentang ia yang terus belajar keihklasan.
***
James Arthur-Say you won’t let go
Lantunan musik dari musisi western itu berasal dari kamar kecil yang berada di pojok kosan Putri Hj. Maryam. Sebuah kosan yang terletak di pusat kota tak jauh dari universitas swasta di Jakarta.
“Duapuluh delapan...duapuluh sembilan...tiga pu...luh” ucap Zetta dengan nafas terengah engah.
Ia baru saja menyelesaikan rutinitasnya di pagi hari yaitu push up dan shit up. Hal itu sudah menjadi kebiasaan Zetta tiap pagi sambil di iringi lagu kesukaannya.
“Ga bosen ta ?” tanya Riri, sahabat sekaligus teman sekamarnya di kosan.
“Bosen apa?”
“Lagu itu, kamu sepagian ini udah play lagu itu lebih dari 10 kali.” jelas Riri.
Zetta menggeleng pelan, “Engga dong, lagu ini kan kesukaan mas Andi.”
Andi Pratama, pria yang dua tahun belakangan telah menemani hidupnya. pria yang selalu menjadi nomor satu dihatinya. pria yang sampai saat ini Zetta masih jaga dengan segenap hatinya. jika wanita wanita diluar sana masih sibuk mencari pria yang sesuai dengan kriterianya, Zetta tidak. bagi Zetta, Andi adalah segalanya.
***
“Mas, nanti anterin aku belanja makanan ya.” kata Zetta.
Zetta terbiasa memanggil kekasihnya itu dengan sebutan mas. hal itu tentu beralasan, Andi yang lebih tua beberapa tahun dari Zetta membuat Zetta lebih ingin menghormatinya dan Andi tidak merasa keberatan akan hal itu. panggilan mas dipilih karena Zetta adalah wanita keturunan jawa, dikeluarganya pun ia selalu memanggil mas kepada laki laki yang lebih tua darinya.
“Kayanya aku gabisa deh ta.” ucap Andi yang masih sibuk dengan laptopnya.
“Yahh, kenapa?” tanya Zetta dengan nada kecewa.
“Aku ada rapat organisasi.”
Zetta paham betul sifat kekasihnya ini, Andi akan memilih hal penting yang sudah ia jadikan prioritasnya namun bukan berarti Zetta tidak penting hanya saja Andi memegang jabatan tinggi di organisasi dan ia harus bertanggung jawab akan hal itu. walaupun Andi sering menolak ajakannya, Zetta tetap bangga pada Andi. bagi Zetta, Andi sudah memilih hal yang tepat dan Andi selalu bersyukur memiliki Zetta yang pengertian.
“Kamu sama Riri aja ya,” pinta Andi “gapapa kan?” lanjutnya.
Zetta menggeleng, “gapapa.”
Zetta masih ingat dua tahun silam, saat ia bertemu dengan pria yang saat ini menjadi alasannya bahagia. Andi adalah teman satu organisasi sahabatnya, Riri. Riri mengenalkan Zetta pada Andi karena Andi yang meminta Riri untuk mengenalkannya. setelah berbulan bulan lamanya menjadi teman dekat, akhirnya Andi mengungkapkan perasaannya dan meminta Zetta menjadi kekasihnya, tentu saja Zetta menerima. Sampai saat ini mereka masih bersama walau banyak hal yang membuat mereka bertengkar tapi Zetta maupun Andi tetap saling mempertahankan.